Sabtu, 26 Maret 2011

-Finally-

Cukup.
Semua ku cukupkan sampai disini
Letih.
Mungkin aku terlalu letih merintih dalam sepi sendiri
Langit meluapkan murkanya pada kegilaanku
Ia telah jengah melihatku terpekur oleh ego
Bahkan mawar pun enggan merekah ranum
Ratusan hari terlewati
Kuncupnya tak kunjung tumbuh dari tunas batang
huft,
Kembali harus ku sudahi sesuatu yang mulai muncul
Sebelum timbul kecewa di tengah bahagia
Ku selesaikan malam segera mungkin
Untuk menjemput fajar secepat yang ku harapkan




18:48
23.3.11

Salahku

Salahku yang biarkan kau melewati garis batas hati

Salahku yang izinkan kau masuki ruang kosong sanubari

Salahku yang tak sanggup mengelola rasa pada tempatnya

Salahku yang naif akan kenyataan antara kita

Salahku yang masih saja menganggap wajar keadaan yang ada

itu salahku

Salahku pun bila pada akhirnya timbul luka yang menyakitkan

Itu hanya salahku

Salahku




22:46
22.3.11

Bunga-bunga Kertas

Bunga-bunga kertas lusuh tertampar debu
Cerahnya kian pudar tertelan waktu
Tak kan pernah layu
Karena sarat akan palsu

Bunga-bunga kertas di sudut ruang
Gamang
Vas bundar mengekang
Lalu senyap meregang

Bunga-bunga kertas tak akan mekar
Kesedihan telah mengakar
Menaklukkan waktu yang kekar
Seperti api yang membakar

Malang nian bunga kertasku
Sendiri menahan pilu
Melawan sayatan sendu
Ingin bicara namun kelu



22:12
22.3.11

Kau, Untukku?

Kau terlalu baik untukku yang munafik
Kau terlalu sempurna untukku yang penuh cela

Kau
Pantaskah aku untukmu?
Kau
Sanggupkah aku mengimbangimu?
Kau
Aku kah yang benar kau pilih?

Aku tak ingin memaksakan keadaan
Aku tak mau menyalahi takdir

Kau
Memang kaulah yang kini di hatiku
Memang kaulah yang ku harapkan tuk jadi bagian hidupku

Kau
Kau, untukku?



22:03
22.3.11

Soal Cinta

Integral dari sayangku padamu
Adalah keikhlasan hati yang tak terhingga
Ketulusanku untuk melimitkan dukamu
kerelaanku untuk memangkatkan senyummu
Mencoba memetakan fungsi pikiranku dengan pikiranmu
Agar berpadu jadi lingkaran yang menyatu
Walau kadang ego beradu
Mendiskriminasikan kita dari dimensi kebenaran
Persamaan dam pertidaksamaan diantara kita
Menciptakan proporsi agung yang ideal
Rumus-rumus kesetiaan yang kita sepakati
Menuntun jalan menuju himpunan rasa yang riil lagi halal
Hinnga nanti bukan hanya bahagia imajiner ynag kita dapatkan
Dari akhir penyelesaian soal cinta ini




19:17
22.3.11

Dalam Diamku

Aku telah memilih mencintaimu
Dalam diamku
Aku juga telah siap menangis pilu
Dalam diamku
Bila luka kembali menyapa
Biarlah aku menahan sakit sendiri
Tak perlu kau tahu
Cukuplah ku kecup bayangmu dalam khayal
Sebagai penawar gelisah
Saat tak ku jumpai rupa manismu
Pun bila dunia menggugat atas kegilaanku
Mereka tak punya bukti untuk itu
Karena dalam diamku
Tersimpan rapat semua risalah hati tentangmu



18:28
22.3.11

Perbedaan

Kalaupun aku bisa menjadi yang kau cinta
Jurang itu tak kan menutup jua
Kalaupun restu telah di suguhkan
Palung dalan tak akn menjadi dangkal
Apa yang sudah tergambar dengan tinta hitam di atas secarik kertas
Tak kan bisa di hilangkan hanya dengan penghapus karet
Dan apa yang telah di ukir di atas cadas batu
Tak kan pudar hanya dengan membasuhkan air di permukaannya
Aku tak tahu siapa jodohku, kelak
Aku hanya ingin mencintaimu apa adanya
Mencintaimu murni karena anugerah-NYA
Aku ingin bahagia dengan ridho-NYA
Seberapa lama kita mampu mengatasi perbedaan yang menjulang
Akan menjadi ujian bagi kita
Layak ataukah tidak mendapat piala kemenangan
Atas ketulusan cinta fitrah-NYA



14:04
21.3.11

Dibalik Hujan

Langit menumpahkan ribuan tetes-tetes air
Membasahi jalanan hingga tergenang
Pantulannya seperti percikan kembang api
Ada kupu-kupu biru berteduh di bawah rimbun pohon mangga
Meringkuk sendiri menahan dingin
Sesekali hendak menerjang hujan
Namun urung
Perahu kertas melaju diatas deras aliran
Bertahan dengan gempuran serangan dari koloni air
Hingga akhirnya karam dan tenggelam
Di sudut ruang,
Seberkas sinar menghangatan
Dari lilin-lilin kecil yang membakar diri
Mengusir gelap yang mengurung waktu



13:43
21.3.11

Pengadilan Nurani

Dan yang tersisa dari pertempuran itu
Adalah peluh yang mengalir
Membasahi wajah sayu nan letih
Tetesan darah yang tertumpah
Tak lagi berarti
Meski merah menggenang di jalanan
Senyum murka jusrtu berkuasa
Jerit tangis dan air mata
Dari jiwa yang tak berdosa
Hanya menggema di gua dinding hati yang membatu
Mereka para pengikut nafsu
Hanyalah sosok iblis berwujud jasad nyata
Manusia dengan bayangan setan bertanduk
Lihatlah Saudaraku!
Ini bukan skenario drama
Ini sebuah realita
Sampai kapan akan terus bergulir?
Tanykan saja pada pengadilan nurani
Itupun selama nurani masih murni
Tak terjangkit penyakit sosial yang berkedok kemerdekaan hak


[persembahan bagi pergejolakan di Timur Tengah. Hentikanlah!]



08:21
21.3.11

Gila!

Angka-angka menari
Rumus-rumus berpesta
Simbol-simbol berdansa
Mereka tertawa

Angka-angka menari
Bebas
sesuka hati
Tak terkendali

Angka-angka menari
Di atas lantai kertas putih
Di bawah sorot mata sedih
Berirama nada sepi

Angka-angka menari
Rumus-rumus berpesta
Simbol-simbol berdansa
Mereka hampir membuatku gila!




21:03
20.3.11

Supermoon

Supermoon bertahta di jagad malam
Tanpa sedikitpun awan hitam mengusik
BINtang-bintang menyapu daratan gelap langit
Memandikan remang di bumi
Bayangkan peri-peri cahaya menari riang
Membawakan kristal berkilauan untuk insan dunia
Gelora ruang gegap gempita
Ceria nyanyikan lagu merdu
Sebagai musik pengiring
Di tengah pagelaran purnama 13 yang memukau mata
Memikat hati yang terpana karena kecantikannya
Jadikan nuansa klasik penuh romantika
Menghias sukma ynag membara karena cinta




18:47
18.3.11

Epilogue -TAREE ZAMEEN PAR-

Bertemu dengan kupu-kupu
BErdiskusi dengan pohon
Menari dengan angin

. . .

Sedikit kemanisan
Sedikit ketidakenakan
Sedikit kedekatan
Tidak terlalu banyak
Semua yang aku butuhkan
Semua yang aku butuhkan
Semua yang aku butuhkan
Adalah kebebasan

. . .

Cukup dekat untuk dipegang
Tetapi hilang seperti khayalan
Penganyam mimpi terbang seperti kupu-kupu
Melewati awan putih
Itulah duniaku

. . .

Biarkan aku masuk tanpa berteriak
Biarkan aku masuk tanpa ragu
Ada banyak
Begitu banyak
Sangat banyak

. . .

Aku tidak sendiri
Berjalan dalam mimpi dengan penuh keheranan
Melangkah, tersandung
Melangkah, tersandung

. . .

Aku tidak merasa ragu
Ini hanya seperti matahari
Sesekali muncul kembali
Mengejutkan semua orang

. . .

Aku dulu meluncur seperti burung
Aku hanya menginginkan ribuan sayap
Untuk terbang
Untuk menyelidiki langitluas
Dan menemukan duniaku

. . .

Hari-hari yang sebentar dengan anak ini
Tidak akan pernah kembali
Maka hidupkan dia, kawanku
Sebagai hutang
Jika kamu gagal
Hidupkan dia

. . .

Aku tidak pernah berkata padamu
Betapa aku takukt pada gelap
Aku tidak pernah berkata padamu
Betapa aku takut pada gelap
Tapi kamu tahu kan?
Kamu tahu semuanya

. . .

Jangan biarkan aku sendiri di keramaian
Aku kehilangan jalan pulang

. . .

Apa aku begitu buruk?
Apa aku begitu buruk?

. . .

Mataku mencarimu
Berharap kau datang dan menyelamatkanku

. . .

Aku tak berkata padamu
Tetapi aku menjadi amat ketakutan
Aku biarkan itu muncul
Tetapi hatiku tenggelam
Kamu tahu semuanyakan?

. . .

Apa yang kita lihat adalah apa yang kita rasa
Apa yang kita rasakan adalah yang sebenarnya ada
Tetapi kadang-kadang
Apa ynag kita lihat sebenarnya tidak ada

. . .

Mataku kosong
Ait mata yang telah meninggalkan
Kesepian mengisi hariku
Aku tidak merasa tersakiti lagi
Aku mati rasa
Semua telah meninggalkanku
Aku merasa hampa
Kamu tahu segalanya

. . .

LIhat dia
Apakah pohon atau seseorang ayng bermantel?
Apakah sedang dingin atau letih?
Hubungkan benang yang terbuka
Jadi bebaskan pikiran
Kembangkan sayapmu
Biarkan warna-warna terbang
Ayo putar mimpi-mimpi barumu!

. . .

Kamu adalah matahari, membiaskan sinar
Kamu adalah Sungai, mengalirlah
Kamu adalah angin terbanglah
Kamu akan temukan tujuanmu
Duniamu
Kamu, aku bahagia

. . .

Potret Langit Malam

Lihat ke langit luas
Bintang bertabur diantara cahaya kuning keemasan
Purnama yang tak sempurna
Senyum mengembang dari wajah yang murung
Mengusir sedikit gundah yang melanda
Cerah angkasa malam
Umpama lautan hitam dengan mutiara-mutiara berlian yang terhampar
Andai bisa ku tuang potret elok rupa angkasa dunia detik ini
Dalam goresan kuas diatas kanvas jiwa
Ku ingin membingkainya dengan indah
Lalu ku simpan di lubuk hati
Ku jaga, Selalu
. . .




20:59
17.3.11

Bila Benar

Bila benar yang kurasa
Bila benar yang ku pikirkan
Bila benar yang ku inginkan

Bila itu benar
Ku harap kan ada seyum di akhir tangis
Bila itu benar
Ku harap ada sedikit suka disela duka

Dan bila itu benar
Doaku selamanya
Bahagia
Besama




22:40
17.3.11

Klimaks

Sang ulat kecil mulai merasa letih
Tertatih dalam berjalan di ranting-ranting pohon kehidupan
Terseok-seok tersayat duri kepedihan yang tajam
Mungkin ini saatnya tuk menyendiri dalam kepompong renungan?

Kehidupan akan terus berjalan
Itu hukum Tuhan
Sebuah kepastian

Sang ulat kecil sudah lama menyadari ketentuan alam itu
Ia tak bisa selamanya menjadi seekor ulat
Tentunya ada fase lain dari dirinya yang harus dihadapi

Sang ulat kecil sungguh merasa lelah
Mungkin tiba waktu baginya berdiam diri dalam kepompong meditasi?

Metemorfosis siap menanti
Sebuah perubahan kan terjadi
Namun, bila sang ulat kecil tak sanggup mampu bertahan
Akankah sebuah kematian kisah yang ditemui di akhirnya?

Entah





22:42
16.3.11

Senin, 14 Maret 2011

Satu Nama

Satu nama yang telah terukir di dinding kalbu

Satu nama yang menjadi penghias di ruang rindu

Satu nama yang memberi warna pada kanvas jiwa yang pilu



Satu nama itu, dulu

Satu nama itu, masa lalu



Satu nama yang ku pertahankan di benteng kerapuhan

Satu nama yang ku pertaruhkan dengan tangisan

Satu nama yang ku jaga selalu dalam senyuman



Satu nama itu, musnah

Satu nama itu, tiada



Menyesalkah?

Tidak!

Sama sekali tidak!



Bersyukur karena satu nama itu mengajariku banyak hal

Bersyukur karena satu nama itu buetku mengerti arti tegar

Bersyukur karena satu nama itu pernah jadi sejarah manis



Satu nama itu,

Satu nama yang telah menghilang dari hatiku.





Satu nama....





03:30
14.03.11

-Loose-

Setelah pertempuran sekian lama di medan hati, pecah
Mengharu biru di lautan kepedihan
Setelah banyak airmata yang tertumpah
Atas luka-luka yang melepuh
Akibat racun kerinduan yang menjalar ke dalam nadi kesetiaan
dan setelah berkali-kali gagal bereksperimen dengan senyuman dalam laboratorium kesendirian

Akhirnya,
Akhirnya masa itu datang
Masa yang dinanti di hari-hari penuh sepi
Masa dimana kemerdekaan batinku yang terjajah, tercapai

Melepaskan satu nama yang selama ini mengkomandoi seluruh rasa jiwa
Menjadikan aku selayaknya merpati yang bisa terbang bebas si langit
Tanpa tali merah pengekang yang mengurungnya dalam penjara dunia biru




03:10
14.03.11

Polemik

Tuhan,
Bila benar aku telah jatuh hati [lagi]
Ku mohon jaga rasa ini agar tatap berada di jalan-Mu

Tuhan,
Bila benar aku telah jatuh hati [lagi]
Ku ingin ini untuk yang terakhir di hidupku

Telah banyak luka atas nama kesetiaan yang ku jaga
Telah banyak airmata atas nama ketulusan yang ku pegang

Tapi, Tuhan ...
Mengapa aku masih takut mengakui adanya getar-getar halus yang beriak di samudra sukma?

Aku masih khawatir bila mendapati ujung yang sama dengan kisah yang lalu
Aku masih terlalu naif pada anugerah ayng Kau beri

Maafkan aku Yaa Rabb ...




15:04
9.03.11

Pelangi Tanpa Hujan

Langit bahagia menyambut hari
Mentari menari dalam harmoni hati
Awan berarak melintasi ruang semesta
Angin bawakan nada-nada ceria

Burung gereja terbang rendah di angkasa
Sesekali hinggap di atas genting merah
Bersenda gurau, tertawa

Laju waktu ciptakan cerita
Tentang warna-warna dunia
Membaginya pada lukisna jiwa

Selengkung pelangi hadir mengusir pilu
Membingkai rupa indah padang biru
Selengkung pelangi hadir menghapus rindu
Meski tanpa iringan hujan yang mendayu




15:23
7.03.11

Sabit di Akhir Februari




Adzan baru saja berkumandang menyerukan panggilan.

Suasana masih hening.

Langit subuh gelap penuh bintang bertaburan.

Bulan yang dulu purnama, kini telah berubah.

Purnama telah berganti menjadi sabit.

Selengkung cahaya keemasan itu seperti tersenyum kepada para penghuni bumi.

Biasnya siramkan kelembutan.

Pancarkan keteduhan.

Membasuh mutiara-mutiara embun.

Bait demi bait tercipta.

Mencoba lukiskan kecantikannya.

Meski dalam rangkaian yang sederhana.


Sabit di akhir Februari

Menjadi syair syahdu di waktu fajar.





04:56
28.02.11