Senin, 28 Februari 2011

Dialog Hati dan Pikiran #3

Hai, kini aku yang menyapamu terlebih dulu.

" Iya. Ada apakah kiranya? "

Aku rindu.

" Pada siapa? "

Kejujuran nuranimu.

" Kejujuran nuraniku? "

Iya. Aku merasa kehilangannya.

" Mengapa kau merasa begitu? "

Kau mungkin tak menyadari. Bahwa kau selalu mengirim sinyal-sinyal ~tentang semua yang tengah kau rasa~ pada syarafku untuk mengolah data tenteng semua isi alammu.

" Maksudmu? "

Akhir-akhir ini, entah awalnya dari mana. Ku temukan sebuah keganjilan terhadap sinyal yang kau kirim. Semula aku tak permasalahkan itu. Karena ku mengerti saat itukau sedang berada dalam posisi terhimpit akan beban-beban jiwa yang menumpuk. Tapi, kian lama, dalam data yang masuk ke brankas memori terselip kode-kode rahasia. Sebuah sandi misterius.

" Aku masih belum mengerti apa yang kau jelaskan "

Ayolah. Aku tahu bagaimana dirimu. Kta ini satu. meski berlawanan jalan. Aku mengerti betul butir-butir rasa yang tumbuh di ladang jiwamu. Dan kau pun pahami alurkku dalam mengeja tiap lantunan bait syair akalku. Begitu sulitkah kau mengakui itu ?

" Mengakui apa? Aku semakin tak mengerti apa yang sedang kau bicarakan "

Huft, kode-kode itu. Sandi misterius yang kutemukan ternyata sama dengan kode yang dulu sempat kau beri padaku.

" Tunggu dulu. kode rahasia yang mana yang kau maksud? "

Kode itu ku pecahkan sekitar 5 tahun yang lalu.

" 5 tahun yang lalu? "

Ya. Memang telah usang terlihat bagiku. Tapi aku yakin itu sama persis. Ku tak bisa mengelabuiku.

" Aku tak tahu tentang kode itu. Sungguh! "

Aaah. Itu hanya alibimu saja. Kau hanya merasa takut untuk mengungkapkannya.

" ... "

Aku yakin, kau pasti sudah menyadari itu. Tapi ingin sampai kapan kau dihantui ketakutan yang tak beralasan.


" ... "

Itu konyol. Bila kau terus begitu.

" Baiklah. Aku mengalah. Tapi maaf, aku tak bisa mengatakannya sekarang "

Renungkanlah semuanya.

" Ya "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar